"Hidup Untuk Memberi Sebanyak-banyaknya"

Selasa, 19 April 2011

Menjadi Pahlawan tidak harus matiii.... LOo KoQ...???

Kalau mengingat kata tiga serangkai yang terbenak dalam pikiran kita adalah tokoh nasional Ki Hajar, Dr Cipto dan satu lagii saya lupa... he
akan tetapi tiga serangkai yang dimaksud disini adalah tiga pejuang Islam yang gugur dalam perang 'Muktah' perang pertama antara Islam dengan Romawi. Pahlawan tiga serangkai itu adalah Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawalah.

Perang Muktah tidak dengan begitu saja terjadi karena keinginan orang Islam berperang, akan tetapi perang menjadi keputusan Nabi karena pihak Romawi telah melecehkan utusan Nabi yakni Haritsah yang ditugaskan Nabi untuk menyampaikan surat kepada penguasa Romawi. Berdasarkan peraturan bahwa dilarang menyakiti utusan.

Untuk menunjukkan eksistensi Islam Nabi mengirim pasukan ke Muktah, Nabi Muhammad bersabda: "Apabila Zaid gugur, Ja'far bin Abu Thalib menggantikannya, apabila Ja'far gugur Abdullah bin Rawalah yang menggantikannya"

Perang di Muktah tidaklah mudah, karena pasukan Romawi ternyata telah menyiapkan seluruh bala tentara lengkap dengan persenjataan sebanyak 200.000 sedangkan Islam hanya 300 orang.

Berkaca dari Perang Badr bukan mustahil Islam bisa menang, saat itu Islam 300 orang dan kaum Quraisy 1000 orang

Dengan tetap semangat kaum muslimin pantang mundur walaupun di depan mata musuh tidak seimbang, akan tetapi semangat jihad dari kaum muslimin tidak cukup mampu mengalahkan pasukan Romawi banyak yang berguguran, panglima perang Zaid sahid terlebih dahulu kemudian dengan sigap Ja'far mengambil panji Islam dan menggantikan posisinya, kemudian pasukan Romawi mengepung Ja'far sehingga iapun ikut menyusul Zaid, akan tetapi semangat Islam masih kuat, Panji Islam di pegang kembali oleh Abdullah bin Rawalah yang menggatikan Ja'far...

Semangat Rawalah kian memudar, akan tetapi ketika ia mengingat dua sahabatnya telah bertemu dengan sang Pencipta maka kerinduan dihatinya pun mampu membunuh ketakutan akan kematian. 

namun, pada akhirnya Rawalah pun syahid dalam peperangan tersebut, pasukan Islam yang sudah kehilangan pemimpinnya menjadi ricuh,maka hadirlah Khlaid bin Walid yang selama ini dikenal sebagai mush Islam yang pandai dalam strategi perang, ia baru saja masuk Islam. Pasukan Islam dengan mudah percaya dengan kepemimpinannya...

Dibawah kepemimpinan Sang Saifullah (pedang Allah julukan Khalid) pasukan muslim  tetap berusaha melawan...

akan tetapi perbandingan yang sangat tidak sepadan membuat pasukan Islam semakin lemah, walaupun sudah banyak pasuka Romawi yang terbunuh jumlah mereka masih terlalu besar.

Melihat kondisi yang seperti itu, Khalid melancarkan beberapa strategi jitunya, cukup berhasil akan tetapi jumlah pasukan Romawi yang seperti saya katakan terlalu besar masih belum menampakkan akan kalah.

dan pada akhirnya Khalid memutuskan untuk mundur, banyak pertentangan atas keputusan ini, karena sebagian prajurit merasa sudah siap berperang habis-habisan sampai tetes darah terakhir. Khalid berpadangan lain bukannya ia takut mati dan tidak menghargai kesyahidan sahabat-sahabat yang telah pergi akan tetapi jika perang dilanjutkan dan semua pasukan Islam gugur dalam peperangan tersebut maka keselamatan kaum Islam dan Nabi di Madinah akan terancam...

Lebih lanjut dalam kisah itu Khalid menyatakan bahwa kematian bukanlah hal utama, tetapi kita datang untuk menang dan syahid adalah bonusnya...tidak perlu mati konyol untuk melawan musuh yang sudah jelas tidak akan dapat kita kalahkan... Kita pulang dan menyusun kekuatan yang lebih tangguh.

Hemmm banyak pro dan kontra atas keptusan Khalid... bagaimana dengan anda... jika saat itu anda yang menjadi Khalid apakah harus melanjutkan peperangan sampai darah penghabisan atau mundur dengan terhormat???

Menurut saya keputusan Khalid sudah sangat tepat, menghargai nyawa yang masih hidup lebih baik daripada melanjutkan peperangan yang sudah dapat dipastikan akan kalah total, menjadi pahlawan tidak harus mati dan syahid... how about u readers....???